kesehatan
Semua informasi yang ada di dalam www.macapat.blogspot.com hanyalah sekedar memberikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber bukan maksud untuk memberi nasihat, saran ataupun yang lainnya. Apabila anda mempunyai masalah dengan kesehatan hubungilah dokter anda. Tanyalah informasi obat-obat yang anda beli di apotek kepada Apoteker untuk mendapatkan informasi obat yang anda minum dengan tepat dan benar
Sunday, March 04, 2007
MEMILIH OBAT BATUK YANG TEPAT
Musim pancaroba sering disertai dengan bermacam-macam penyakit, utamanya batuk dan pilek. Hampir setiap orang di dunia, dari bayi sampai orang tua pernah terserang batuk. Meskipun sebenarnya tidak berat, batuk sering dirasakan sangat mengganggu. Karena itu, tak heran bila hampir sebagian besar penderita memilih minum obat daripada menunggu batuk sembuh dengan sendirinya.
Sampai saat ini di Indonesia beredar sekitar 200 obat batuk. Banyaknya alternative obat batuk yang ditawarkan mengharuskan masyarakat pemakai pandai-pandai memilih obat yang tepat atau rasional. Untuk dapat mengobati diri sendiri dan memilih obat batuk yang tepat, maka harus kita kenali apa itu batuk dan cara pengobatannya.
Batuk yang kita kenal sehari-hari, sebenarnya adalah suatu reflek alamiah, baik pada waktu sehat maupun sakit, yang bertujuan membebaskan jalan pernapasan dari adanya gangguan benda asing atau dahak yang menyumbat. Batuk dapat ditimbulkan oleh radang (infeksi jalan pernapasan, alergi), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor), perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan-rangsangan kimia (gas, bau-bauan). Penyakit batuk tersering adalah infeksi oleh berbagai virus misalnya virus salesma (common cold), influenza, campak, dan juga radang pada cabang atau hulu tenggorok (bronchitis, pharyngitis). Ada pula batuk yang merupakan gejala dari penyakit kanker paru-paru, TBC, pneumonia, dekompensasi jantung, bahkan karena penyakit cacing (Ascaris lumbricoides) yang utamanya dijumpai pada anak-anak.
Bagaimana mengenali batuk yang diderita? Pada dasarnya, batuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu batuk produktif (basah) dan batuk nirproduktif (kering). Batuk basah adalah batuk yang disebabkan oleh adanya dahak, dan batuk ini berfungsi untuk menghilangkan atau mengeluarkan dahak tersebut. Pada dasarnya batuk jenis ini tidak boleh ditahan karena adanya dahak yang berlebihan harus dikeluarkan. Sedangkan batuk nirproduktif adalah yang tidak menghasilkan dahak. Batuk jenis ini tidak untuk mengeluarkan dahak, sehingga sebaiknya ditekan. Untuk membedakan kedua batuk ini, kita dapat melakukan dengan mendengarkan suaranya saja, apakah ada suara serak atau tidak.
Untuk meringankan gejala batuk dikenal dua golongan besar obat batuk, yaitu antitusif dan ekspektoran. Antitusif diindikasikan untuk mengurangi frekuensi batuk. Bekerjanya berdasarkan penekanan pusat-pusat batuk secara langsung. Selain itu, antitusif juga mengakibatkan hambatan reseptor (baca: tempat kerja penyakitnya) pada saluran pernapasan sehingga rangsang batuk berkurang. Sebaiknya antitusif tidak diberikan kepada pasien dengan jenis batuk berdahak, karena menekan pengeluaran batuk yang seharusnya dikeluarkan. Sedangkan ekspektoran adalah obat yang berguna untuk mempermudah batuk dan membantu mengeluarkan dahak. Ekspektoran bersifat merangsang batuk sehingga dapat meningkatkan frekuensi batuk.
Obat-obat yang tergolong antitusif sering terdapat dalam sediaan obat batuk dan banyak digunakan tanpa resep di Indonesia. Di antara golongan antitusif adalah dekstrometorfan, noskapin, difenhidramin, dan prometazin. Sedang untuk golongan ekspektoran yang banyak digunakan dalam sediaan obat batuk yang beredar di Indonesia antara lain, gliseril guaikolat (guaifenisin), ammonium klorida, natrium sitrat, sukus, dan ekstrak ipekak.
Jika diamati, hampir sebagian besar formula obat batuk yang beredar di Indonesia mengandung komposisi antitusif dan ekspektoran, terutama dekstrometorfan dan gliseril guaikolat. Hinga saat ini, kombinasi tersebut masih mengundang kontroversi para ahli. Antitusif bersifat meredakan batuk yang diindikasikan untuk batuk kering, sedangkan ekspektoran bersifat mempermudah pengeluaran dahak yang diindikasikan untuk batuk basah. Jika mengacu pada kriteria FDA, maka kombinasi tersebut tidak rasional karena kedua obat tersebut efeknya berlawanan. Ada kemungkinan efek kedua obat tersebut saling meniadakan sehingga tujuan pengobatan tidak tercapai.
Selain kombinasi kontroversial tersebut di atas, banyak obat batuk yang beredar juga diindikasikan untuk pilek, demam, dan sakit kepala. Obat batuk tersebut selain mengandung antitusif dan ekspektoran juga mengandung analgetika, antihistamin, dekongestan, dan atau bronkodilator. Adanya keluhan lain selain batuk lebih bersifat individual, sehingga kurang rasional jika sediaan obat batuk mengandung komponen lain, selain antitusif dan ekspektoran dalam kombinasi tetap. Penambahan bahan-bahan yang tidak perlu ini menyebabkan harga obat menjadi mahal.
Untuk memilih obat batuk, sebaiknya dipilih yang komponennya tidak lebih dari tiga. Semakin banyak komponen dalam suatu obat batuk, kemungkinan terjadinya efek samping semakin besar, padahal komponen tersebut kemungkinan tidak diperlukan. Pada batuk pilek, jenis batuk biasanya batuk kering, sehingga sebaiknya dipilih obat batuk yang mengandung suatu antitusif dan dekongestan, misalnya dekstrometorfan dan fenilpropanolamin atau fenilefrin. Jika jenis batuknya basah, maka sebaiknya dipilih obat batuk yang mengandung ekspektoran dan dekongestan, seperti gliseril guaikolat dan fenil propanolamin atau fenilefrin. Seringkali batuk merupakan gejala penyakit asma, sehingga bronkodilator seperti efedrin bisa bermanfaat. Penggunaan difenhidramin saja sebagai antihistamin sekaligus antitusif merupakan pilihan yang baik utnuk batuk karena alergi.
Selain terapi menggunakan obat (farmakoterapi) hendaknya tidak dilupakan pula terapi tanpa obat (nonfarmakoterapi). Untuk batuk yang ringan, minum air banyak-banyak dan menghirup uap air panas sangat membantu mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Perlu juga dihindari kondisi penyebab batuk, utamanya batuk karena alergi, seperti hawa dingin, debu, asap rokok, dll. Selain itu perlu diperhatikan juga indikasi yang tertera pada setiap kemasan produk obat batuk. Beberapa obat batuk masih dijumpai tidak mencantumkan kontraindikasi serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat, demikian pula interaksi obatnya. Juga masih jarang ditulis anjuran jika dalam jangka waktu tertentu sakit masih berlanjut, pasien diminta konsultasi dengan dokter.
Sebagai tenaga professional dalam bidang kesehatan yang memahami seluk-beluk obat dan pengobatan, apoteker diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mendiagnosis penyakitnya dan memilih produk obat yang sesuai dengan kondisi penyakitnya, sehingga masayarakat mendapatkan obat dan pengobatan yang tepat.(Dari berbagai sumber, Buletin PIO MFK UGM, 01/05).
mainorarchivepage>
baca selengkapnya..
posted by Arafat @ 12:09 AM  
3 Comments:
Post a Comment
<< Home
 


Menu

My Profile

Jenengku:
Arafat
Omahku:
Tegal, Jogjakarta, Indonesia

Iki lo profileku

My Posting
Arsip
Serba-serbi

Me on Friendster

Web Links
Disponsori oleh

15n41n1

BLOGGER